Banda Aceh |
Ibukota Kerajaan Aceh Darussalam
adalah Banda Aceh Darussalam. Setelah 70 tahun pertempuran dengan Sultan
Belanda dan berubah nama menjadi Kutaraja. Kota ini akhirnya berubah nama
menjadi Banda Aceh pada tahun 1962. Sebagai salah satu kota tertua yang memeluk
Islam, kehidupan sehari-hari di Banda Aceh saat ini masih sangat besar
dipengaruhi oleh gaya hidup Islam.
Masjid Raya Baiturrahman |
Masjid Raya Baiturrahman
Dengan dinding putihnya yang
brilian dan kubah yang terbuat dari akar manis-hitam, Mesjid Raya Baiturrahman
adalah pemandangan yang mempesona pada hari yang cerah. Bagian pertama dari
masjid ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1879 sebagai syarat damai oleh Aceh
setelah bangunan yang aslinya dibakar oleh Belanda. Tambahan 2 kubah, satu di
kedua sisi yang pertama, ditambahkan oleh Belanda pada tahun 1936 dan dua lagi
oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1957.
Masjid bertahan utuh setelah
gempa pada tahun 2004 dan tsunami Aceh yang memporak – pondakan hampir seluruh
wilayah Aceh, banyak warga yang menginterpretasikan ini sebagai tanda kekuasaan
Tuhan. Selama peristiwa ini, Masjid baiturrahman dijadikan sebagai tempat
pengungsian korbang selamat sementara dan tubuh – tubuh orang yang meninggal
menunggu identifikasi diletakkan di alun-alun di depan masjid. Waktu terbaik
untuk mengunjungi Masjid Baiturrahman adalah selama shalat Jumat, ketika
seluruh bangunan dan halaman penuh dengan orang-orang. Untuk wanita yang ingin
memasuki area Masjid, mereka diberlakukan untuk memakai jilbab.
Tsunami |
Landmark Tsunami
Ini bukan pemandangan yang indah,
tapi melihatnya dengan mata kepala anda sendiri membuat anda tau bagaimana
sucinya peringatan tsunami aceh. Dan membuat anda mengerti dan dapat
mengimajinasikan seberapa besar bencana alam Tsunami di Aceh terjadi.
Tempat yang paling terkenal untuk
melihat bagaimana kengerian Tsunami Aceh adalah sebuah kapal di Lampulo, dengan
2500 ton power generator dihempaskan sejauh 4 km ke darat oleh hempasan
Museum Tsunami |
Museum Tsunami
Ada empat kuburan massal di
sekitar Banda Aceh dimana korban tewas dikuburkan. Situs terbesar adalah
Lambaro, terletak di jalan menuju bandara, di mana 46.000 mayat tak dikenal
dikuburkan. Situs makam lainnya termasuk Meuraxa, Lhok Nga dan Darussalam, di
mana terdapat 54.000 mayat lain yang dimakamkan. Keluarga yang ingin meratapi
hilangnya kerabat yang tidak tidak teridentifikasi memilih salah satu kuburan
massal berdasarkan kemungkinan kedekatan geografis; mereka tidak memiliki bukti
lain dimana harus memanjatkan doa mereka.
Gunongan |
Gunongan
Semua yang tersisa saat ini pada
kekuasaan kesultanan Aceh adalah pemandangan di Gunongan. Dibangun oleh Sultan
Iskandar Muda pada tahun 1607-1636 sebagai hadiah untuk istrinya yang seorang
putri Melaysia, yang dimaksudkan sebagai taman bermain dan tempat pemandian
pribadi. Bangunan ini terdiri dari serangkaian puncak yang dingin dengan tangga
sempit dan jalan yang mengarah ke pegunungan, yang merupakan perwujudan
perbukitan dari kampung halaman sang putri. Tanya orang disekitar untuk membukakan
pintu gerbang untuk Anda.
Di Seberang Gunongan adalah
sebuah gerbang berkubah rendah, bergaya Pintu Aceh yang tradisional, memberikan
akses ke istana sultan yang digunakan hanya untuk orang – orang tertenju saja.
Untuk mencapai Gunongan, naiklah
labi – labi atau oplet ke JL. Kota Alam dengan tarif sekitar Rp. 3000
Museum Negeri Banda Aceh |
Museum Negeri Banda Aceh
Museum Negeri Banda Aceh akan
memperlihatkan keanekaragaman persenjataan Aceh, perabotan rumah tangga, kostum
seremonial, pakaian sehari-hari, perhiasan emas, kaligrafi, beberapa recong
yang diukur (belati Aceh) dan pedang. Museum ini juga memiliki bayi kerbau
berkepala dua. Saat hari libur terkadang anda dapat menyaksikan musik dan tari
tradisional disini.
Kerkhof |
Kerkhof
Tidak jauh dari Gunongan dan
Museum Tsunami ada sebuah bangunan bernama Kerkhof, tempat peristirahatan
terakhir untuk 2000 tentara Belanda dan Indonesia yang meninggal memerangi
Aceh. Pintu masuknya sekitar 250 m dari menara jam di jalan menuju Uleh-leh. Ada
juga sebuah papan yang dipasang di dinding di depan pintu masuk yang
bertuliskan nama-nama tentara yang tewas.
Rumah Aceh |
Rumah Aceh
Dalam satu daerah yang sama
dengan Museum Negeri Banda Aceh adalah Rumah Aceh. Contoh yang indah dari
arsitektur tradisional Aceh, yang dibangun tanpa paku dan diikat dengan tali
dan pasak. Disini berisi banyak artefak Aceh dan memorabilia perang. Di depan Rumah
Aceh adalah bel besi besar, Cakra Donya, yang dihadiahkan oleh kaisar Cina pada
abad ke-15.
Pasar Ikan |
Pasar Ikan
Pasar Ikan disini mengindektikan
dengan kesegaran. Kapal dengan mudah ke sungai dan membongkar muatan mereka
seperti hiu, tuna dan udang ke gerobak penjual. Disini anda dapat menikmati
makanan hasil laut yang masih fresh.
Pasar Aceh |
Pusat Pasar Aceh
Jika anda yang ingin berbelanja
untuk oleh – oleh atau sekedar mencari cinderamata, maka tempat inilah yang
cocok untuk anda. Karena ditempat ini segala macam jenis pernak – pernik dijual
disini.
No comments:
Post a Comment