Monday, July 27, 2015

9 Tempat di Aceh Yang Wajib Dikunjungi


Banda Aceh
Banda Aceh

Ibukota Kerajaan Aceh Darussalam adalah Banda Aceh Darussalam. Setelah 70 tahun pertempuran dengan Sultan Belanda dan berubah nama menjadi Kutaraja. Kota ini akhirnya berubah nama menjadi Banda Aceh pada tahun 1962. Sebagai salah satu kota tertua yang memeluk Islam, kehidupan sehari-hari di Banda Aceh saat ini masih sangat besar dipengaruhi oleh gaya hidup Islam.

Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman

Dengan dinding putihnya yang brilian dan kubah yang terbuat dari akar manis-hitam, Mesjid Raya Baiturrahman adalah pemandangan yang mempesona pada hari yang cerah. Bagian pertama dari masjid ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1879 sebagai syarat damai oleh Aceh setelah bangunan yang aslinya dibakar oleh Belanda. Tambahan 2 kubah, satu di kedua sisi yang pertama, ditambahkan oleh Belanda pada tahun 1936 dan dua lagi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1957.

Masjid bertahan utuh setelah gempa pada tahun 2004 dan tsunami Aceh yang memporak – pondakan hampir seluruh wilayah Aceh, banyak warga yang menginterpretasikan ini sebagai tanda kekuasaan Tuhan. Selama peristiwa ini, Masjid baiturrahman dijadikan sebagai tempat pengungsian korbang selamat sementara dan tubuh – tubuh orang yang meninggal menunggu identifikasi diletakkan di alun-alun di depan masjid. Waktu terbaik untuk mengunjungi Masjid Baiturrahman adalah selama shalat Jumat, ketika seluruh bangunan dan halaman penuh dengan orang-orang. Untuk wanita yang ingin memasuki area Masjid, mereka diberlakukan untuk memakai jilbab.


Tsunami
Tsunami

Landmark Tsunami

Ini bukan pemandangan yang indah, tapi melihatnya dengan mata kepala anda sendiri membuat anda tau bagaimana sucinya peringatan tsunami aceh. Dan membuat anda mengerti dan dapat mengimajinasikan seberapa besar bencana alam Tsunami di Aceh terjadi.

Tempat yang paling terkenal untuk melihat bagaimana kengerian Tsunami Aceh adalah sebuah kapal di Lampulo, dengan 2500 ton power generator dihempaskan sejauh 4 km ke darat oleh hempasan 


Museum Tsunami
Museum Tsunami

Museum Tsunami

Ada empat kuburan massal di sekitar Banda Aceh dimana korban tewas dikuburkan. Situs terbesar adalah Lambaro, terletak di jalan menuju bandara, di mana 46.000 mayat tak dikenal dikuburkan. Situs makam lainnya termasuk Meuraxa, Lhok Nga dan Darussalam, di mana terdapat 54.000 mayat lain yang dimakamkan. Keluarga yang ingin meratapi hilangnya kerabat yang tidak tidak teridentifikasi memilih salah satu kuburan massal berdasarkan kemungkinan kedekatan geografis; mereka tidak memiliki bukti lain dimana harus memanjatkan doa mereka.


Gunongan
Gunongan

Gunongan

Semua yang tersisa saat ini pada kekuasaan kesultanan Aceh adalah pemandangan di Gunongan. Dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607-1636 sebagai hadiah untuk istrinya yang seorang putri Melaysia, yang dimaksudkan sebagai taman bermain dan tempat pemandian pribadi. Bangunan ini terdiri dari serangkaian puncak yang dingin dengan tangga sempit dan jalan yang mengarah ke pegunungan, yang merupakan perwujudan perbukitan dari kampung halaman sang putri. Tanya orang disekitar untuk membukakan pintu gerbang untuk Anda.

Di Seberang Gunongan adalah sebuah gerbang berkubah rendah, bergaya Pintu Aceh yang tradisional, memberikan akses ke istana sultan yang digunakan hanya untuk orang – orang tertenju saja.

Untuk mencapai Gunongan, naiklah labi – labi atau oplet ke JL. Kota Alam dengan tarif sekitar Rp. 3000


Museum Negeri Banda Aceh
Museum Negeri Banda Aceh

Museum Negeri Banda Aceh

Museum Negeri Banda Aceh akan memperlihatkan keanekaragaman persenjataan Aceh, perabotan rumah tangga, kostum seremonial, pakaian sehari-hari, perhiasan emas, kaligrafi, beberapa recong yang diukur (belati Aceh) dan pedang. Museum ini juga memiliki bayi kerbau berkepala dua. Saat hari libur terkadang anda dapat menyaksikan musik dan tari tradisional disini.

 

 

 

Kerkhof
Kerkhof

Kerkhof

Tidak jauh dari Gunongan dan Museum Tsunami ada sebuah bangunan bernama Kerkhof, tempat peristirahatan terakhir untuk 2000 tentara Belanda dan Indonesia yang meninggal memerangi Aceh. Pintu masuknya sekitar 250 m dari menara jam di jalan menuju Uleh-leh. Ada juga sebuah papan yang dipasang di dinding di depan pintu masuk yang bertuliskan nama-nama tentara yang tewas.


Rumah Aceh
Rumah Aceh

Rumah Aceh

Dalam satu daerah yang sama dengan Museum Negeri Banda Aceh adalah Rumah Aceh. Contoh yang indah dari arsitektur tradisional Aceh, yang dibangun tanpa paku dan diikat dengan tali dan pasak. Disini berisi banyak artefak Aceh dan memorabilia perang. Di depan Rumah Aceh adalah bel besi besar, Cakra Donya, yang dihadiahkan oleh kaisar Cina pada abad ke-15.



Pasar Ikan
Pasar Ikan

Pasar Ikan

Pasar Ikan disini mengindektikan dengan kesegaran. Kapal dengan mudah ke sungai dan membongkar muatan mereka seperti hiu, tuna dan udang ke gerobak penjual. Disini anda dapat menikmati makanan hasil laut yang masih fresh.

 

Pasar Aceh
Pasar Aceh

 

 

Pusat Pasar Aceh

Jika anda yang ingin berbelanja untuk oleh – oleh atau sekedar mencari cinderamata, maka tempat inilah yang cocok untuk anda. Karena ditempat ini segala macam jenis pernak – pernik dijual disini.

No comments:

Post a Comment